JAKARTA- Pilkada 2024 akan digelar serentak di seluruh Indonesia pada tanggal 27 November 2024. Pilkada akan dilaksanakan di wilayah provinsi dan/atau kabupaten/kota untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Pilkada Serentak tahun 2024 akan diikuti sebanyak 37 provinsi, kemudian 508 kabupaten/kota yang akan menyelenggarakan Pilkada Serentak 2024. Jadi total akan ada 545 perhelatan.
Jika merujuk kepada konstelasi politik paska Pemilu 2024 yang diselenggarakan 14 Februari yang lalu, tidak dapat dibantah, bahwa posisi kunci kekuasaan politik hari ini di Indonesia, ada di tangan Prabowo Subianto.
Sebagaimana diketahui, Ketua Umum Partai Gerindra itu menjadi peraih suara terbanyak dalam Pilpres 2024 dan berpasangan dengan Gibran Rakabuming Raka.
Oleh karena itu tidak mengherankan, jika nyaris seluruh mata sekarang ini, ditujukan kepada kiprah dan sepak terjang politik Prabowo Subianto. Meskipun pelantikannya baru akan dilakukan pada bulan Oktober 2024.
Soalnya, yang formal yang masih presiden hari ini, hingga Oktober 2024, adalah Jokowi alias Joko Widodo bersama wakilnya KH.Ma’ruf Amin. Hasil Pilpres 2019.
Maka oleh karena itu, posisi politik Prabowo Subianto dan Jokowi yang berlegitimsi sangat kuat itu, mau tidak mau, membuatnya tidak bisa diabaikan, dalam konteks proses pergantian pimpinan daerah, di segala tingkatan yang akan berganti itu, melalui proses Pilkada tentunya.
Tidak pula mengherankan jika peranan Partai Gerindra dengan sendirinya terangkat juga secara otomatis, sebagai partai politik penentu. Atau sebagai “kendaraan” politik yang banyak diminati para kandidat yang bergairah menjadi pimpinan – pimpinan di sejumlah daerah tersebut.
Kekuatan Gerindra boleh dikata “double gardan”. Selain sebagai parpol yang memiliki perolehan suara termasuk yang besar, disamping partai Golkar, figur Prabowo Subianto sendiri pun sebagai Ketua Umum diketahui sangat “power full”.
Dari sejumlah kalangan yang dimintai tanggapan oleh tim redaksi media ini, menyebutkan, jika berkaca pada kenyataan politik yang tidak terbantahkan itu, sangat masuk akal jika banyak analisis, yang menyebut dinamika politik ke depan, akan banyak menimbulkan atau mengharapkan memperoleh “Prabowo Efek” itu. Dan posisi Parbowo, jelas akan semakin kuat dan kokoh, karena adanya perpaduan (perkongsian) kekuatan politik Jokowi di dalamnya.
Tentu saja bagi rakyat Indonesia, ibarat makanan, apapun bentuk kemasannya dan bagaimanapun model penyajiannya, yang penting kemaslahatan dan keadilan kepada rakyat Indonesia harus mengemuka. Terutama terhadap rakyat yang mayoritas masih terpinggirkan di akar rumput, tidak tersenuth oleh sepak terjang politisi, yang terkesan “bisu – tuli” dan seakan tidak peduli kepada nasib rakyat miskin di negeri ini. Intinya, nasib buruk rakyat miskin itu diharapkan supaya dapat segera ikut terangkat, menjadi rakyat yang berharkat dan bermartabat tinggi, di mata internasional dan di tataran nasional. Tentu saja…!!