Opini

Pembengkakan Biaya & Penundaan Proyek Kereta Cepat Whoosh Picu Perdebatan

Materi : Laksamana Sukardi

JAKARTA, JOURNALREPORTASE – Proyek kereta api cepat Whoosh yang sedang berjalan menuai kritik tajam di media sosial karena pembengkakan biaya dan keterlambatan penyelesaian. Dari anggaran awal sekitar US$ 6 miliar, saat ini biaya telah membengkak sebesar 22% menjadi US$ 7,3 miliar. Hal ini menandakan adanya kelemahan dalam perencanaan dan manajemen proyek, mengingat standar ‘cost overrun’ yang wajar idealnya hanya sekitar 5%.

Pembangunan jalur yang didominasi viaduk, jembatan, dan terowongan sepanjang 62% dari total lintasan diperkirakan sebagai salah satu penyebab utama peningkatan biaya dan keterlambatan. Selain itu, proses pembebasan tanah yang sulit menambah beban biaya dengan kompensasi yang mencapai US$ 584 juta serta bunga pinjaman saat konstruksi sebesar US$ 876 juta.

Bandingkan dengan Proyek Sejenis di Jepang

Meski dana yang terserap besar, biaya per kilometer proyek Whoosh sebesar US$ 51,3 juta tetap lebih rendah dibandingkan proyek kereta cepat Chuo Shinkansen Maglev di Jepang yang mencapai sekitar US$ 100 juta per kilometer. Namun, perbandingan yang kerap muncul dengan proyek di China kurang tepat karena medan dan cakupan biaya keduanya berbeda signifikan.

Utang kepada China Disorot tapi Terukur

Kekhawatiran atas utang proyek yang berasal dari Chinese Development Bank (CDB) muncul, terutama terkait tingkat bunga yang dianggap tinggi. Namun, suku bunga pinjaman dari China masih lebih rendah dibandingkan bunga pinjaman USD di pasar internasional. Pemerintah Indonesia memilih pinjaman dari China karena skema bisnis antar perusahaan (B to B) yang mengurangi tanggung jawab langsung pemerintah.

Meski demikian, pembengkakan biaya memaksa pemerintah memberikan jaminan terhadap utang melalui skema G to G sehingga pinjaman yang semula tidak menjadi tanggung jawab negara kini berubah menjadi tanggung jawab negara.

Solusi dari Masalah dan Harapan Masa Depan

Kesuksesan proyek ini sangat bergantung pada jumlah penumpang yang mampu menjamin pengembalian investasi. Saat ini, angka penumpang masih di bawah proyeksi awal, sehingga perlu dilakukan restrukturisasi utang dengan penurunan bunga serta perpanjangan tenor pinjaman. Selain itu, kelanjutan jalur ke Surabaya diharapkan bisa meningkatkan jumlah penumpang dan memperkuat stimulus ekonomi.

Rekomendasi Perbaikan Infrastruktur dan Politik

Untuk mendukung proyek mega infrastruktur di masa mendatang, reformasi sistem pembebasan tanah sangat penting, disertai undang-undang yang memberikan penghargaan bagi warga yang berkontribusi demi kepentingan nasional. Selain itu, dibutuhkan peningkatan profesionalisme dalam perencanaan dan mitigasi risiko serta penguatan pengawasan politik melalui oposisi yang sehat di parlemen guna menjaga fungsi kontrol terhadap pemerintah.

Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung menjadi pelajaran penting dalam membangun infrastruktur yang berkualitas demi kemajuan bangsa. nsp

Related posts

Persiapan Satu Pemerintahan Dunia

journalreportase

Menyoal Etik Bernegara (Bag.-3)

JournalReportase

Buya Syafii

JournalReportase

Leave a Comment