Polemik Film LIMA di Tangan LSF, Lola Amaria Tutup Mulut

JournalReportase.com Film LIMA yang menceritakan mengenai Pancasila akan tayang per 31 Mei 2018 ini. Sayangnya polemik terjadi sebelum penayangannya terkait kategori film LIMA yang masuk 17 tahun ke atas. Cerita yang diangkat mengenai kelima sila Pancasila ini dianggap hanya bisa dicerna dan di mengerti untuk usia di atas 17 tahun saja.

Produser film LIMA, Lola Amaria, tutup mulut terkait alasan filmnya tak bisa ditonton oleh anak berusia 13 tahun ke atas.

Lola Amaria ditemani bersama dengan beberapa Anggota DPR seperti Charles Honoris, Dave Laksono, dan Arvin Hakim Thoha bertandang ke LSF. Mereka mempersoalkan terkait keputusan lembaga itu memberikan lulus sensor 17 tahun kepada Film LIMA.

Lola sendiri mengaku telah bersepakat dengan hasil dari audiensi yang dihadiri oleh Lembaga Sensor Film (LSF), pemilik film, dan komunitas film, untuk tutup mulut mengenai masalah ini.

“Sebenarnya saya enggak berhak bicara. Ini sesuai kesepakatan tadi, bahwa ini hanya sampai di dalam internal saja. Dan saya harus menyepakati bagian yang itu,” kata Lola, di Gedung LSF, Jl MT Haryono Kav 47-48, Pancoran, Jakarta Selatan, Senin (28/5).

Ia menuturkan klasifikasi film tersebut bisa saja diubah bila melakukan perubahan pula dalam film sendiri. Ada mekanisme yang membuat LSF bisa mengubah kategori sensor sebuah film asalkan film tersebut melakukan beberapa revisi.

Namun, pada akhirnya Lola lebih memilih dan sepakat dengan hasil audiensi dengan LSF. Sebab Lola tidak mau mengambil resiko jika nantinya film LIMA tersebut di revisi akan kehilangan makna (pesan) dan esensi yang sesungguhnya.

“Sebenarnya ada penawaran (penurunan klasifikasi) itu tapi itu internal sih dan sepertinya keputusan tadi harus diterima dengan baik di kedua belah pihak. Saya harus tegaskan bahwa saya sebagai pemilik film sudah menerima keputusan itu dengan lapang dada,” tegasnya.

Sementara yang menjadi titik berat LSF sebenarnya hanya pada sila pertama yang membahas tentang Ketuhanan. Yang menurut LSF bisa memicu kontroversi di masyarakat nantinya setelah tayang. LSF sejatinya juga mengapresiasi tinggi film LIMA yang mengangkat tema progresif tentang Pancasila, namun pihaknya berharap kepada tim produser untuk bisa merevisi adegan yang menjabarkan sila pertama Pancasila tersebut.

Apresiasi juga sempat diungkapkan oleh anggota Komisi I DPR, Charles Honoris yang juga turut hadir di LSF Senin kemarin bersama produser film LIMA, Lola Amaria. Menurutnya film yang mengangkat nilai-nilai Pancasila harus terus digalakkan. Karena Pancasila juga sebagai bintang penuntun bagi bangsa Indonesia.

“Upaya-upaya pembumian nilai-nilai Pancasila, seperti yang dilakukan melalui Film Lima ini harus terus digalakkan. Ini agar kita bisa menjadikan Pancasila sebagai bintang penuntun bagi bangsa Indonesia,” kata anggota Komisi I DPR dari PDIP, Charles Honoris, Senin (28/5).

Charles juga mengatakan, Film Lima sejalan dengan program pemerintahan Jokowi yang sangat tegas memerangi tindakan intoleransi dan radikalisme.

“Oleh karena itu kita perlu film yang mengangkat tema Pancasila untuk kontra narasi radikalisme dan sebagainya,” ujar politikus PDI Perjuangan ini.

Adapun Arvin Hakim Thoha mengatakan, Film Lima sangat bagus. Dia pun berpendapat Film Lima mestinya ditonton remaja berusia 13 tahun, karena dalam setiap adegan lebih banyak menampilkan pendidikan.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *