Perang Bubat Politik Berdarah-darah Antara Para Elite Menuju 2029!

Penulis: Fran Fardariko, BA, MA, the Independent Analyst.

Journalreportase, – Melihat pengawalan kunjungan kerja mantan presiden Jokowi belakangan ini yang cukup ketat dengan memakai 190 lebih personel menunjukan Jokowi tidak memiliki post power syndrome,  justru Jokowi nampaknya mempunyai agenda terselubung senyap untuk Gibran di tahun 2029.

Jika intervensi power dari Jokowi untuk Gibran semakin  tendensius dan terarah? Maka yang terjadi akan munculnya antisipasi atau perlawanan dari para elit partai Gerindra kepada Jokowi- khususnya dari faksi Hasyim Joyohadikusumo, Fadly Zon, Prof Dasco dan Ahmad Muzani. Sementara sekarang ini Jokowi sekeluarga sedang berhadapan dengan PDIP bersamaan dengan munculnya kasus Hasto sekjend PDIP di pusaran korupsi Harun Mashiku . Secara tiba-tiba Hasto tak kunjung di tahan, sebaliknya sekilas info justeru  sekjend PDIP mengajukan pra peradilan.

Tak selang berapa waktu Joko widodo melakukan kunjungan kerja ke keraton Jogjakarta bertemu dengan Hamengku Buwono X (HB X) lagi-lagi dengan pengawalan ketat dengan ratusan personel, yang tentunya memakan uang APBN untuk tahun  ini dengan pengawalan bak layak nya seorang presiden aktif.

Nampaknya ke depan ini rakyat indonesia akan disajikan beberapa teka dan teki politik ala Jokowi. Banyak spekulasi mengatakan Jokowi meminta perlindungan HB X berharap mediasi politik dengan ketua umum PDIP Megawati Sukarnoputri, ada juga spekulasi yang beredar Jokowi berkehendak menggunakan lobi internasional HB X untuk mencegat terseretnya mantan presiden RI Joko widodo ke pengadilan Internasional  dikarenakan kasus ‘masif korupsi,  pelanggaran HAM, dan perusak demokrasi.’ Pemikiran publik secara negatif sudah terdengar nyaring di banyak pemberitaan media sosial ataupun mainstream belakangan ini tentang kunjungan Jogja, OCCRP dan Hasto, semua di anggap bertautan oleh publik.

Sebagai independent analyst, secara jelas dengan mengambil istilah Jawa “perang Bubat politik”  antara banyak penjuru faksi dari partai-partai politik mungkin akan terjadi “seandainya” PDIP masuk ke dalam pemerintahan  Prabowo, yang akan memecah belah KIM plus di masa depan. Masa depan politik di koalisi tidak akan se gamblang yang di prediksi? Dengan karakter Megawati yang sulit lumer pasca tersakiti karena ‘pengkhianatan’ Joko widodo terhadap AD/ART PDIP. Jalan terjal akan di tempuh oleh Joko widodo sekeluarga, dengan menyimak ‘presedense’ antara ketum PDIP dan mantan presiden SBY. Apapun mediasinya  terasa sulit merubah prinsip etika politik seorang ketua umum PDIP Megawati Sukarnoputri, partai besar dan memiliki kursi terbanyak di parlemen. Tentu mampu melakukan bargain semaksimal mungkin. Dan itu pun belum termasuk elit-elit PDIP yang akan mencalonkan presiden mereka sendiri dengan 0 persen presidensial threshold.

Sangat memungkinkan dengan masuknya PDIP ke koalisi pemerintahan akan membuat dis-popular politik terhadap PDIP di tahun 2029 kelak.

Andaikan PDIP jadi masuk ke pemerintahan saat ini, maka presiden Prabowo dan Gerindra akan terpaksa harus memilih Joko widodo atau Megawati? maka gesekan pun akan terasa lebih panas di antara elit negeri ini, dan keakar rumput akan berdampak.

Di lain pihak MK sudah di ketok palu, pencalonan presidesial thresholdold 0%, dan ini akan menambahkan tingkat kerumitan Jokowi dalam mengatur strategi, atau justeru sebaliknya malah dapat menguntungkan Jokowi dan Gibran. Di mana partai kecil pun dapat mencalonkan capresnya sendiri. Dengan  0% presidensial threshold justru menjadi peluang bagi  Gibran untuk “all out” di tahun 2029 di  mana Gibran dapat memanfaatkan masa pendukung Jokowi yang cukup militan dan loyal di beberapa kemenangan Jokowidodo. Namun semua ini kembali kepada kepiawaian dalam bermanuver seorang pemimpin dan berstrategi untuk memenangkan kandidat masing-masing partai.

Justru dalam keadaan sekarang ini Gerindra dalam posisi yang sangat terancam jika mengiyakan semua kehendak mantan presiden Jokowidodo, dan bisa jadi sangat tidak menguntungkan partai Gerindra dalam mengusung Prabowo sebagai calon presiden 2029 kelak. Karena hambatan sudah mulai terendus dari segala arah.

Di tambah lagi bisnis 9 naga yang selama ini sangat diuntungkan oleh rezim Jokowi tentu akan “berpihak” penuh kepada Jokowi dan anaknya Gibran Rakabuming Raka. Dalam hal ini Prabowo dan partai Gerindra harus berpikir di luar kotak dalam menyusun  strategi balik di  pemenangan presiden 2029 kelak-mungkin dengan cara mendekatkan/mengunci sumber-sumber keuangan dari 9 naga, lalu menggeser 9 naga dari konsorsium  mantan presiden Joko  widodo perlu dilakukan.

Tentu presiden Prabowo harus melakukan manuver yang cukup ekstrim dalam tahun pertama dan kedua ini agar dapat memisahkan faksi-faksi ekonomi maupun faksi politik, entah itu faksi partai-partai yang ada di KIM plus atau faksi 9 naga yang selama ini mendukung pemerintahan Joko widodo. Dalam satu atau dua tahun ini rakyat RI akan melihat bagaimana akan terjadi gelombang perubahan politik koalisi pemerintahan yang “mungkin” akan terjadi jikalau presiden Prabowo dan Gerindra tidak menerapkan manajemen konflik yang terbaik!

Sebenarnya presiden Prabowo dan Gerindra sangat di untungkan dengan adanya kasus OCCRP terhadap Jokowidodo dan kasus sekjend PDIP Hasto. Dalam hal ini kekuatan kekuasaan Jokowi dan keluarga sangat kurang di untungkan. Sehingga ruang bermanuver untuk pemenangan Gibran di 2029 cukup terganggu.

Kasus posisi OCCRP dan hasto ini adalah sebuah kasus yang akan memiliki peranan penting dalam pertarungan politik 2029. Apapun dapat berubah dan kapanpun bisa berubah secara ekstrem dalam konteks suhu politik di Indonesia menuju 2029?

Dalam konteks PDIP, untuk  sementara ini partai dengan logo kepala banteng sudah “mengarah” sebagai oposisi dengan kekuatan Jokowi yang perlahan redup. Tipis kemungkinan PDIP akan berkoalisi kembali dengan Jokowi. Dan ini akan menjadi awal babak baru sebuah perlawanan terhadap kekuatan Jokowi dalam partai politik 2029.

Bagaimanapun harus kita akui kepiawaian berpolitik Jokowidodo selama ini, dengan menjalankan sistem yang semi otoriter serta pengaruh dan kontrol beliau terhadap sendi-sendi perpolitikan nasional.

Pertanyaan saya sebagai independent analyst apakah strategi kekuatan mantan presiden RI ini akan berlaku sama di waktu Jokowi menjabat? kalau kekuatan ini masih maksimal maka tidak menutup kemungkinan kemenangan Jokowi dapat  terulang kembali   melalui tangan kekuasaan anaknya Gibran rakabuming raka di 2029.

Sekarang bagaimana Prabowo dapat menyikapi peta permainan politik yang akan berubah drastis dalam waktu dekat ini yang mana selip sedikit  dapat menjadi blunder untuk beliau di masa depan. Pertanyaannya apakah Prabowo akan menjadi oposisi dari Jokowi seperti tahun 2014? Akan kah PDIP masuk ke dalam “baskom politik” bersama KIM plus? Jawaban nya ya tentunya potensi itu menganga jelas! apalagi terdapat para SDM pendukung Prabowo terdahulu yang tidak terpakai di pemerintahan Prabowo sekarang ini, dan ini sudah menjadi ruang kosong dalam strategi Prabowo Gerindra menuju pemenangan tahun 2029 kelak. Wallahualam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *