JAKARTA, JOURNALREPORTASE – Tidak dapat dipungkiri, kematian adalah sebuah kepastian. Jalan takdir itu yang kini dijalani kerabat, teman, sahabat kita semua, Daud Halomoan Ritonga.
Pria yang berprofesi sebagai jurnalis di Ibu Kota ini mengakhiri segala bentuk pertarungan dan perjalanannya di dunia ini, pada Kamis 23 Desember 2021, pukul 01.45 WIB dalam usia 52 tahun, setelah sebelumnya berjuang melawan sakit stroke yang dialaminya dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir.
“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Telah berpulang ke Rahmatullah saudara kita ipar Daud Halomoan Ritonga bin Amiruddin Ritonga (suami dari Erni Marwati Siregar) Kamis, 18 Jumadal Ula 1443 H (23 Desember 2021) pukul 01.45 WIB. Alamat duka Jalan Anyar RT 007 RW 02 Lenteng Agung, Jakarta Selatan.Rencana Pemakaman InsyAllah setelah Shalat Dzuhur.
Keluarga memohon maaf bila semasa hidupnya (Rahimahullah) ada salah dan hilafnya atau ada janji yang belum terpenuhi,” kata keluarga almarhum dalam keterangannya yang diterima journalreportase.com, Kamis (23/12/2021) pagi.
Daud, demikian rekan-rekan satu profesi maupun para sahabat menyapanya, mengawali karir jurnalistiknya di media Sumatera Ekspres hingga tahun 2001, selepas ia menamatkan studi di ‘Kampus Tercinta’ Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Lenteng Agung, Jakarta Selatan, pada Fakuktas Ilmu Komunikasi atau Fikom jurusan jurnalistik.
Sesudah itu, ia kemudian bergabung di media Koran Publikasi dan Majalah PTIK hingga wafat. Almarhum banyak menekuni karir jurnalistiknya di lingkungan kepolisian khususnya Polda Metro Jaya hingga saat-saat terakhir sebelum wafat.
Arif Yunianto yang merupakan sahabat almarhum sejak duduk di bangku perkuliahan hingga saat ini sama-sama menekuni profesi wartawan peliputan Polda Metro Jaya dan Mabes Polri menuturkan, almarhum semasa hidup sejak dahulu selalu teguh dalam mengarungi kehidupan dengan sebuah sikap yang begitu amat baik.
“Daud anak IISIP 88 selesaikan studi tahun 93 kemudian tahun 97 terbang ke Lampung jadi wartawan Lampung Post desk olahraga dan Sumatera Ekspres hingga 2001. Lalu pindah ke Koran Publikasi sampai wafatnya,” tuturnya.
“Orangnya keras tapi baik, dengan teman enggak pernah marah apalagi iri, itu enggak pernah ada dalam hati seorang Daud,” kenang Arif.
Dalam ingatannya, lanjut Arif, almarhum Daud selalu mengundang gelak tawa rekan-rekan saat bercengkerama membahas lika-liku kehidupan di ‘Kampus Tercinta’ pada masanya.
“Kocak jika membicarakan masa-masa kita di kampus. Dia cerdas, dalam tulisannya juga oke. Kalau menceritakan masa-masa di kampus kita ketawa, sampai lemes hahahaa. Kalau sama temen anak asrama kita jargon dia teriak ‘rumputttttt’,” bebernya.
Terakhir, Arif mengajak seluruh rekannya yang mengenal Daud, untuk memanjatkan doa kepada Sang Pencipta. “Ya Allah ampunilah dia, rahmatilah dia, selamatkanlah dia dan maafkanlah dia, Ya Allah karuniakanlah dia surga dan selamatkanlah dia dari azab kubur dan neraka.Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala menambahkan kesabaran serta pahala bagi keluarga yang ditinggalkan.”
Diketahui, almarhum meninggalkan seorang istri dan dua orang anak. (SHT/AY)